Sekitar 52% warga Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, sementara sisanya memilih bertahan menjadi anggota Uni Eropa. Begitulah hasil survei BBC.
Warga London dan Skotlandia memilih untuk tetap di dalam Uni Eropa, tetapi warga Inggris di wilayah utara menunjukkan hasil sebaliknya.
Adapun pemilih di Wales dan Inggris mendukung Brexit alias Inggris keluar dari Uni Eropa.
Hasil penghitungan sementara ini membuat pasar bereaksi yang ditandai turunnya nilai mata uang Inggris, Poundsterling ke level terendah terhadap dollar Amerika sejak tahun 1985.
John McDonnell dari Partai Buruh mengatakan Bank Sentral mungkin harus campur tangan untuk meningkatkan kembali nilai Poundsterling.
Pemimpin Partai Independen (UKIP) Nigel Farage – yang berkampanye 20 tahun terakhir agar Inggris meninggalkan Uni Eropa – mengatakan “ini kemenangan untuk rakyat biasa”.
Reaksi dunia
Dunia bereaksi terhadap hasil referendum bersejarah di Inggris dimana mayoritas warganya mendukung agar negara itu meninggalkan Uni Eropa. Berikut ini rangkuman pernyataannya yang dikutip dari BBC Indonesia dan USA Today:
Martin Schulz, Presiden Parlemen Eropa
“Kami menghormati hasilnya. Ini saatnya bagi kami bersikap serius dan bertanggung jawab. David Cameron punya tanggung jawab terhadap negaranya, kami punya tanggung jawab untuk masa depan Uni Eropa. Anda dapat melihat apa yang terjadi dengan Poundsterling di pasar. Saya tak ingin hal yang sama terjadi pada Euro.”
Geert Wilders, pemimpin Partai untuk Kebebasan Belanda
“Hore untuk rakyat Inggris! Sekarang giliran kami. Saatnya untuk referendum Belanda!”
Marine Le Pen, pemimpin Front Nasional di Prancis
“Kemenangan untuk kebebasan! Seperti yang telah saya minta selama bertahun-tahun, sekarang saatnya kita memiliki referendum yang sama di Prancis dan negara-negara Uni Eropa.”
“Dari #Brexit ke #Frexit: Saatnya mengimpor demokrasi ke Negara kita. Orang Prancis harus memiliki hak untuk memilih!”
Malcolm Turnbull, Perdana Menteri Australia
“Dampak ke Australia segera, secara langsung, dari sudut pandang hukum, akan sangat terbatas karena dibutuhkan beberapa tahun bagi Inggris meninggalkan Uni Eropa, untuk bernegosiasi. Meski demikian, kami telah melihat penurunan di pasar saham dan akan ada ketidakpastian untuk sementara waktu.”
Frank-Walter Steinmeier, Menteri Luar Negeri Jerman
“Berita dari Inggris menyadarkan kita. Tampaknya menjadi hari yang sedih bagi Eropa dan Inggris,” Departemen Luar Negri Jerman mengutip Frank-Walter Steinmeier di twitter.
Wakil kanselir Jerman Sigmar Gabriel
“Sial. Hari yang buruk bagi Eropa.”
Manfred Weber, pemimpin kelompok terbesar di Parlemen Eropa, EPP
“Negosiasi keluar [dari Uni Eropa] seharusnya dilakukan paling lama dalam dua tahun. Tidak boleh ada perlakuan khusus. Keluar artinya keluar.”
Anton Boerner, kepala asosiasi perdagangan luar negri Jerman
“Itu adalah bencana untuk Inggris dan juga untuk Eropa dan Jerman, khususnya untuk ekonomi Jerman. Sangat mengusik mengetahui demokrasi tertua di dunia berbalik arah.”
Gerard Araud, Duta besar Perancis untuk Washington
“Negosiasi keluar [dari Uni Eropa] seharusnya dilakukan paling lama dalam dua tahun. Tidak boleh ada perlakuan khusus. Keluar artinya keluar.”
Anton Boerner, kepala asosiasi perdagangan luar negri Jerman
“Itu adalah bencana untuk Inggris dan juga untuk Eropa dan Jerman, khususnya untuk ekonomi Jerman. Sangat mengusik mengetahui demokrasi tertua di dunia berbalik arah.”
Gerard Araud, Duta besar Perancis untuk Washington
“Sekarang saatnya negara-negara anggota lainnya menyelamatkan Uni Eropa dari kemungkinan bubar, tidak bisa melakukan bisnis seperti biasa, khususnya di Brussels. Reformasi atau mati!”
Kandidat Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump
“Saya rasa saya melihay sebuah hal besar yang paralel, bahwa orang pasti menginginkan negerinya kembali,” ungkap Trump saat hadir dalam acara pembukaan kembali Turnberry golf course miliknya di Skotlandia.
David Cameron mundur
Perdana Menteri Inggris, David Cameron baru saja mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri pada Oktober mendatang setelah hasil referendum menunjukkan mayoritas warga Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
“Saya pikir tak tepat bagi saya untuk berusaha menjadi kapten yang menahkodai negara kita ke tujuan berikutnya,” ujar PM Cameron di luar kediaman resminya di Downing Street, London, pada Jumat (24/06/2016).
Cameron, yang memimpin kampanye agar Inggris tetap berada di Uni Eropa, mengatakan pilihan rakyat Inggris harus dihargai.
Para pemilih, kata Cameron, membuat keputusan jelas dan negara memerlukan pemimpin baru.
“Rakyat Inggris telah membuat keputusan jelas untuk menempuh jalan lain dan oleh karenanya, saya pikir negara ini memerlukan kepemimpinan baru untuk memandunya ke arah ini.”
Cameron berkata ia akan tetap duduk sebagai perdana menteri dalam beberapa pekan mendatang untuk menjamin stabilitas, tetapi perdana menteri baru akan mengambil alih tugas perundingan langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.